Wednesday, August 25, 2010

Genderang Perang Memerangi Pemanasan Global

Akhir-akhir ini, isu pemanasan global menjadi topik yang banyak dibicarakan orang. Apalagi dengan maraknya kerusakan hutan dimana-mana yang dapat menimbulkan dampak bagi warga bumi sendiri. Dampak dari global warming sendiri tidak hanya dirasakan oleh manusia, melainkan juga dirasakan oleh hewan juga tumbuhan, contohnya mulai punahnya beruang kutub serta hewan yang dilindungi di hutan-hutan konservasi.
Arti dari Global Warming adalah meningkatnya suhu udara yang setiap tahunnya mengakibatkan perubahan pada kehidupan di bumi, contohnya cuaca yang menjadi tidak menentu dan mencairnya es di kutub. Global Warming terjadi oleh karena semakin meningkatnya suhu kadar gas metan dan karbon dioksida di atmosfer (yang berasal dari pembakaran hutan, minyak, dan bahan bakar fosil). Kedua gas tersebut menangkap lebih banyak panas dibandingkan gas jenis lain, namun tidak melepaskannya kembali. Akibatnya, bumi menjadi semakin panas. Global Warming yang terjadi saat ini bukanlah suatu masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat. Perlu kesadaran bersama untuk menyelesaikan masalah yang akan dirasakan dampaknya di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Karena sudah begitu banyak dampak yang sudah dirasakan oleh masyarakat bumi, pada tanggal 3-14 Desember 2007 lalu diakannya pertemuan akbar negara-negara di dunia yang membahas topik Conference of Parties (COP) ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change di Denpasar, Bali. Adanya berita kerusakan hutan sebagai pemicu utama kerusakan global sangat sering dipublikasikan baik di media elektronik maupun media cetak. Dimana kebakaran hutan gambut dan hutan konservasi, yang banyak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia, diduga ikut berperan menaikkan tinggi permukaan air laut akibat naiknya suhu udara.
Yang menarik untuk diamati adalah emisi gas yang ditimbulkan oleh hutan yang terbakar tidak disebutkan di sana, karena memang emisi yang dihasilkan tidak cukup banyak jika diakumulasikan, karena kejadian itu hanya berlangsung dalam kondisi tertentu, waktu tertentu, dan wilayah tertentu.
Dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut, akan menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil. Naiknya suhu laut mengakibatkan hasil perikanan akan menurun. Naiknya suhu udara akan meningkatkan berkembangnya penyakit. Peningkatan curah hujan akan meningkatkan banjir dan longsor, juga perubahan musim tanam, dan peningkatan penguapan serta peningkatan intensitas badai tropis akan menyebabkan rawan transpotasi. Semuanya ini merupakan akibat dari perubahan iklim di bumi yang dipicu kegiatan tidak ramah lingkungan di berbagai belahan dunia. Untuk mengatasinya sudah seharusnya keadaan ini menjadi tanggung jawab semua pihak.
Lantas, bagaimana pemanasan global membawa pengaruh bagi bumi? Pemanasan global diduga keras akan berpengaruh dalam bentuk sebagai berikut:
(1) Es di kutub dan gunung-gunung tinggi mencair. Menurut perhitungan, hal ini menaikkan paras laut setinggi hingga 5 - 7 meter! Tentu saja kenaikan paras laut rata-rata ini harus diukur dari stasiun pasang surut yang stabil, tidak terjadi gempa atau penurunan muka tanah (land-subsidence).
(2) Kalau air laut naik, maka dataran rendah akan tergenang. Daerah pantai atau dataran rendah yang produktif di bawah level tertentu akan hilang. Pulau-pulau kecil yang rendah juga akan dihapus dari peta. Dataran rendah ini hilang karena muka air laut naik, bukan hanya karena digerus abrasi atau diambil pasirnya.
(3) Bila daratan yang hilang ini merupakan acuan dari ”pagar batas” suatu negeri, maka batas negeri itu bisa kembali menjadi persengketaan mengingat batas alamnya hilang. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia dengan batas laut yang kritis dengan beberapa negara, hilangnya sebuah pulau terluar bisa berakibat ribuan kilometer persegi wilayah kedaulatan laut baik itu laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif atau Landas Kontinen dapat tiba-tiba hilang.
(4) Perubahan sirkulasi plankton dan otomatis perubahan sebaran ikan yang pada akhirnya pada persediaan sumber pangan dari laut. Nasib jutaan nelayan atau petani tambak ada di ujung tanduk.
(5) Perubahan vegetasi. Daerah yang kini beriklim sedang akan menjadi lebih hangat sehingga dapat menanam tanaman tropis. Sementara itu daerah yang sekarang sudah hangat seperti di Indonesia, dapat berubah menjadi gurun!
(6) Perubahan pola penyakit, akibat beberapa virus atau bakteria yang dulu hanya ada di daerah tropis (seperti malaria, DBD dan sejenisnya) akan melanda daerah beriklim sedang. Bila para pekerja kesehatan di sana tidak akrab dengan penyakit tropis seperti itu, maka akan timbul pandemi yang sangat ganas.
Apakah kondisi itu dapat dicegah atau dikurangi? Tentu saja, asalkan manusia mau berusaha memperbaiki kerusakan yang telah terjadi di bumi dan berusaha untuk mencegahnya supaya tidak terjadi lagi.
Apa yang dapat kita lakukan dalam mengantisipasi dan menghadapi pemanasan global tersebut? Pertama-tama perlu peningkatan kesadaran publik (public awareness) tentang sebab dan akibat pemanasan global tersebut. Indonesia memang tidak bisa mengatasi sendiri masalah global ini, tetapi setidaknya masyarakat bisa melakukan sesuatu yang sedikit banyak dapat menjadi kontribusi penting dalam memperbaiki keadaan. Adapun tindakan itu bisa berupa :
1. Membawa kantong belanja sendiri
Jika kita pergi ke pasar untuk berbelanja usahakan membawa kantong belanja dan usahakan juga kantong belanja itu tidak terbuat dari unsur plastik, kita bisa gunakan kantong yang terbuat dari unsur kertas atau bahan yang ramah lingkungan.
2. Gunakan listrik seperlunya saja
Kita dapat mematikan lampu atau TV jika sudah tidak digunakan lagi. Upaya itu dapat mencegah global warming.
3. Hijaukan lingkungan di sekitar
Bila kita mempunyai halaman rumah yang masih bertanah walaupun itu kecil, ruang itu dapat kita manfaatkan untuk ditanami tanaman. Hal itu juga dapat membantu mengurangi global warming.
4. Daur ulang sampah
Sampah non organik & organikpun dapat kita daur ulang menjadi kerajinan yang bagus, misalnya kita dapat membuat hiasan dinding dari kulit bawang putih yang sudah tak terpakai dan sebagainya.
5. Upayakan untuk menggunakan kendaraan bebas polusi
Sepeda & becak, ya dengan alat transportasi ini dapat digunakan sebagai alat bepergian yang bebas polusi. Selain itu sepeda juga kendaraan yang bebas macet. Sayangnya alat transportasi ini sedikit yang memakainya karena banyak orang menganggap kuno.

0 comments:

Post a Comment